Sejak awal Andy’s Corner memang menjadi sebuah tulisan yang ditujukan untuk menjawab berbagai pertanyaan para penonton Kick Andy terkait topik-topik yang ditayangkan. Bukan itu saja, tidak dapat dipugkiri kalau tulisan dalam Andy’s Corner merupakan gambaran kehidupan sang host itu sendiri. Pembaca mungkin akan berdecak saat membacanya karena tidak akan mengira, betapa kayanya pengalaman yang ditulis. Atau sebenarnya kita sendiri yang sering lupa kalau pengalaman sekecil apapun akan menjadi berharga tergantung bagaimana kita memaknainya.
Berbeda dengan buku pertamanya, Andy’s Corner 2 kali ini dihadirkan dengan lebih berwarna. Ilustrasi yang disajikan dalam setiap tulisan, tampaknya memang sengaja dibuat untuk mengimbangi setiap cerita yang ditampilkan. Masih dengan kesan sebagai buku saku, Andy’s Corner tampaknya mencoba dihadirkan seringan mungkin agar para pembacanya dapat membaca tanpa mengerutkan kening. Mencontek dari motto tayangan Kick Andy, Andy’s Corner 2 ingin mengajak para pembacanya untuk membaca dengan hati. Memaknai pengalaman, tampaknya menjadi titik berat Andy dalam tulisannya di Andy’s Corner, yang diluncurkan pada ulang tahun ke-3 Kick Andy.
Pengalaman kecil yang sangat biasa menjadi sebuah kejadian penuh makna dan sangat dalam. Lihat saja dalam tulisannya tentang biskuit lebaran. Andy menceritakan pengalaman kehabisan bekal saat menumpang kapal dari Papua menuju Surabaya. Saat kehabisan bekal di atas kapal, tidak memiliki uang, dan “rebutan wilayah kekuasaan” di atas kapal memaksa Andy dan teman-temannya yang kelaparan untuk mencuri sekaleng biskuit. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, kaleng biskuit yang dicuri adalah milik seorang kakek, transmigran asal Trenggalek, Jawa Timur, yang hendak pulang kampung untuk Lebaran. Dengan segenap kemampuan mereka mengumpulkan uang untuk membeli tiket ‘kelas dek’. Sementara sang kakek menguras uang tabungannya demi sekaleng biskuit merek Khong Guan.
Si kakek bersikukuh untuk terus menyimpan biskuit tersebut, dan tidak memperkenankan cucunya untuk membuka sekalipun sudah merengek. Bila lebaran nanti kaleng biscuit barulah boleh dibuka. Pada hari lebaran, keluarga itu ingin ‘memamerkan’ lebih dulu biskuit tersebut kepada tetangga mereka di kampung. Mereka ingin menunjukkan kepada warga desa betapa mereka sudah ‘berhasil’ di tanah rantau. Simbol keberhasilan itu mereka wujudkan dalam bentuk sekaleng biskuit Khong Guan.
Judul Buku : Andy’s Corner 2
Penulis : Andy F. Noya
Penerbit : Bentang Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar