
Rabu, 30 September 2009
PENGADAAN CPNS DEPARTEMEN PERTANIAN T.A. 2009

Selasa, 29 September 2009
KORBAN OSPEK BERTAMBAH LAGI
Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK) yang merupakan rutinitas penyambutan mahasiswa baru memakan korban nyawa lagi. Walaupun ini kegiatan yang kontroversial di tengah masyarakat, namun di beberapa Kampus/Perguruan Tinggi masih digelar.
Wisnu Anjar Kusumo, umur 18 tahun merupakan korban perploncoan yang digelar Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) pada tanggal 27 September 2009, di Jalan H Usa, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di tubuh korban ditemukan luka lebam yang menjadi penyebab kematian korban. Hal ini mengindikasikan adanya tidak kekerasan terhadap korban (penyiksaan fisik).
Peristiwa ini mengundang banyak pendapat dari kalangan intelektual sehingga menyebabkan eksistensi kegiatan OSPEK sangat tersudutkan. Seperti hal yang diungkapkan seorang psikiater terkemuka bahwa "tidak usah melakukan orientasi pengenalan kampus, kan mahasiswanya bisa masuk (mengenal) sendiri". Ditambahkan dengan memberi instruksi bahwa "OSPEK harus dihapuskan karena melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), dan seyogyanya pihak kampus harus memberi perlindungan dalam perkuliahan".
Di pihak lain, khususnya artis juga berpendapat bahwa sebaiknya OSPEK ditandai dengan pengenalan senior-junior, kegiatannya berbentuk parodi (lucu-lucu) sehingga bisa menghibur sekeliling. OSPEK bukan dalam bentuk kekerasan.
Berbagai pendapat di atas memperkuat bahwa OSPEK merupakan kegiatan yang negatif. Kegiatannya memakan korban jiwa karena ditandai dengan kekerasan yang melanggar HAM. Realitas yang ada pada peristiwa sebelumnya di IPDN (sebelumnya STPDN) Jawa Barat, yaitu kejadian OSPEK ditandai dengan penganiayaan mahasiswa baru yang juga memakan korban jiwa. Penganiayaan ini menggunakan tangan dan kaki (pemukulan) yang dilakukan oleh senior (Panitia OSPEK). Jadi pertanyaannya, Apakah OSPEK masih perlu dilaksanakan? Apakah kegiatan OSPEK memang berbentuk kekerasan? Tidak adakah hal yang mendidik dalam pelaksanaan OSPEK?.
Kalo menurut penulis, masih perlu untuk dilaksanakan. Rutinitas seperti ini akan sangat penting peranannya untuk mahasiswa baru yang berada pada masa transisi dari SISWA menjadi MAHASISWA. Kondisi saat SMA dan perkuliahan sangat berbeda. Watak, karakter maupun kebiasaan manusia pastilah berbeda-beda, sedangkan mahasiswa memiliki peranan sebagai Agen of Change, Social Control dan Moral Force. Artinya, kegiatan pengenalan kampus diharapkan menjadi wadah awal agar mahasiswa baru lebih menuju ke suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi OSPEK jangan dimaknai hanya dari segi istilah, tetapi lebih ke arah makna tersirat.
Berdasarkan pengalaman penulis saat menjadi peserta dan pelaksana OSPEK, bahwa kegiatan ini memiliki banyak hal yang sifatnya mendidik. Hal tersebut berbentuk terciptanya kebersamaan antara sesama mahasiswa baru, antara sesama junior dan senior, terbukanya wawasan akan pentingnya ilmu pengetahuan, terciptanya kerangka berpikir dan masih banyak lagi yang bermanfaat mendukung disiplin ilmu dan untuk pengembangan.
Peristiwa yang Anwar (17 tahun), bukanlah merupakan hal yang direncanakan dan OSPEK hanya merupakan penyebab. Kejadian tragis yang memakan korban hilangnya nyawa diakibatkan oleh penerapan konsep yang tidak sesuai dengan substansi OSPEK, akan tetapi kejadian jangan menyerang dan mengembuskan secara berulang akan sisi negatif OSPEK. Kita harus menganalisis segi positif dan sisi negatif sebelum memvonis sesuatu, dan dengan menggunakan tool positif thinking (berpikir positif).
Jadi, intinya kegiatan OSPEK harus tetap dilaksanakan dan memperjelas konsep dan pencapaiannya, melakukan Training of Trainer, dan kegiatanya menjaga maupun memperbaiki citra institusinya. OSPEK menyikap potensi, hakikat dan jati diri mahasiswa.
Terakhir, penulis berharap kepada pembaca agar memberi komentar dan informasi/pengalaman mengenai OSPEK. Tolong diberikan juga komentar polingnya, apakah OSPEK masih harus dilaksanakan sebagai rutinitas kampus?
Wisnu Anjar Kusumo, umur 18 tahun merupakan korban perploncoan yang digelar Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) pada tanggal 27 September 2009, di Jalan H Usa, Desa Putat Nutug, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di tubuh korban ditemukan luka lebam yang menjadi penyebab kematian korban. Hal ini mengindikasikan adanya tidak kekerasan terhadap korban (penyiksaan fisik).
Peristiwa ini mengundang banyak pendapat dari kalangan intelektual sehingga menyebabkan eksistensi kegiatan OSPEK sangat tersudutkan. Seperti hal yang diungkapkan seorang psikiater terkemuka bahwa "tidak usah melakukan orientasi pengenalan kampus, kan mahasiswanya bisa masuk (mengenal) sendiri". Ditambahkan dengan memberi instruksi bahwa "OSPEK harus dihapuskan karena melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), dan seyogyanya pihak kampus harus memberi perlindungan dalam perkuliahan".
Di pihak lain, khususnya artis juga berpendapat bahwa sebaiknya OSPEK ditandai dengan pengenalan senior-junior, kegiatannya berbentuk parodi (lucu-lucu) sehingga bisa menghibur sekeliling. OSPEK bukan dalam bentuk kekerasan.
Berbagai pendapat di atas memperkuat bahwa OSPEK merupakan kegiatan yang negatif. Kegiatannya memakan korban jiwa karena ditandai dengan kekerasan yang melanggar HAM. Realitas yang ada pada peristiwa sebelumnya di IPDN (sebelumnya STPDN) Jawa Barat, yaitu kejadian OSPEK ditandai dengan penganiayaan mahasiswa baru yang juga memakan korban jiwa. Penganiayaan ini menggunakan tangan dan kaki (pemukulan) yang dilakukan oleh senior (Panitia OSPEK). Jadi pertanyaannya, Apakah OSPEK masih perlu dilaksanakan? Apakah kegiatan OSPEK memang berbentuk kekerasan? Tidak adakah hal yang mendidik dalam pelaksanaan OSPEK?.
Kalo menurut penulis, masih perlu untuk dilaksanakan. Rutinitas seperti ini akan sangat penting peranannya untuk mahasiswa baru yang berada pada masa transisi dari SISWA menjadi MAHASISWA. Kondisi saat SMA dan perkuliahan sangat berbeda. Watak, karakter maupun kebiasaan manusia pastilah berbeda-beda, sedangkan mahasiswa memiliki peranan sebagai Agen of Change, Social Control dan Moral Force. Artinya, kegiatan pengenalan kampus diharapkan menjadi wadah awal agar mahasiswa baru lebih menuju ke suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi OSPEK jangan dimaknai hanya dari segi istilah, tetapi lebih ke arah makna tersirat.
Berdasarkan pengalaman penulis saat menjadi peserta dan pelaksana OSPEK, bahwa kegiatan ini memiliki banyak hal yang sifatnya mendidik. Hal tersebut berbentuk terciptanya kebersamaan antara sesama mahasiswa baru, antara sesama junior dan senior, terbukanya wawasan akan pentingnya ilmu pengetahuan, terciptanya kerangka berpikir dan masih banyak lagi yang bermanfaat mendukung disiplin ilmu dan untuk pengembangan.
Peristiwa yang Anwar (17 tahun), bukanlah merupakan hal yang direncanakan dan OSPEK hanya merupakan penyebab. Kejadian tragis yang memakan korban hilangnya nyawa diakibatkan oleh penerapan konsep yang tidak sesuai dengan substansi OSPEK, akan tetapi kejadian jangan menyerang dan mengembuskan secara berulang akan sisi negatif OSPEK. Kita harus menganalisis segi positif dan sisi negatif sebelum memvonis sesuatu, dan dengan menggunakan tool positif thinking (berpikir positif).
Jadi, intinya kegiatan OSPEK harus tetap dilaksanakan dan memperjelas konsep dan pencapaiannya, melakukan Training of Trainer, dan kegiatanya menjaga maupun memperbaiki citra institusinya. OSPEK menyikap potensi, hakikat dan jati diri mahasiswa.
Terakhir, penulis berharap kepada pembaca agar memberi komentar dan informasi/pengalaman mengenai OSPEK. Tolong diberikan juga komentar polingnya, apakah OSPEK masih harus dilaksanakan sebagai rutinitas kampus?
Kamis, 24 September 2009
PENERIMAAN CPNS DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2009

PENERIMAAN CPNS SEKRETARIAT NEGARA RI T.A. 2009

Senin, 21 September 2009
PENERIMAAN CPNS BKN T.A. 2009

Sabtu, 19 September 2009
PENERIMAAN CPNS BADAN PERTANAHAN NASIONAL T.A. 2009

RAMADHAN PENUH BERKAH

Jumat, 18 September 2009
TIDAK SETIAP PERUBAHAN BERARTI PERBAIKAN

Humans live in a moral concepts which differ from the concept that applies to other people who live in different conditions. Adherents of this theory believe that the absence of values that remain in this world and that everything changes, which cause not only seen from the change itself, but the changes and evolution towards perfection.
Manusia hidup dalam konsep-konsep akhlak yang berbeda dari konsep yang berlaku pada masyarakat lain yang hidup dalam kondisi yang berbeda. Penganut teori ini berkeyakinan bahwa tidak adanya nilai-nilai yang tetap di dunia ini dan bahwa segala sesuatu mengalami perubahan, yang penyebabnya tidak saja dilihat dari perubahan itu sendiri, melainkan perubahan dan evolusi menuju kesempurnaan.
Tentu saja kita tidak dapat mengatakan bahwa setiap perubahan itu selalu menuju kesempurnaan. Sebab, yang namanya penyimpangan juga berarti perubahan. Manusia bisa saja mengalami peningkatan kualitas kemanusiaanya menuju kesempurnaan, akan tetapi dapat pula mengalami perubahan ke arah yang sebaliknya.
Benarkah apa yang selama ini disebut sebagai dekadensi moral memang mengandung sesuatu yang mengindikasikan hal tersebut?. Kita tidak mungkin mengatakan bahwa yang demikian itu merupakan perubahan menuju kesempurnaan, walau bagaimanapun kejadiannya dan betapapun pada hal tersebut memunculkan hal-hal baru.
Perubahan selalu terjadi di setiap perjalanan menuju kesempurnaan. Ketika kita berbicara tentang suatu prinsip tertentu, lalu kita mengatakan bahwa prinsip tersebut mengalami perubahan menuju kesempurnaan, maka yang kita maksud bahwa prinsip tersebut barada pada tahap itu sendiri, kemudian beralih ke posisi yang lebih tinggi dan maju. Selanjutnya, ketika kita katakan perubahan menuju kesempurnaan dalam ilmu pengetahuan dan industri, maka yang kita maksud adalah suatu masyarakat yang sedang berada pada tingkatan tertentu dari ilmu pengetahuan dan penelitian terhadap berbagai rahasia alam.
Suatu masyarakat dapat disebut bergerak menuju kesempurnaan jika mereka beralih dari satu tingkatan menuju tingkatan yang lebih tinggi atau lebih maju (baik secara kuantitatif, atau kualitatif, ataupun keduanya). Sebagai contoh, jumlah orang yang buta huruf pada suatu periode 60% dan sekarang menjadi 50%, atau jumlah lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi semakin bertambah, demikian pula hal yang berkaitan dengan industri, dimana hal sebelumnya masih tetap ditemukan disamping adanya hal-hal baru, maka ini dapat disebut dengan kemajuan dan gerak menuju kesempurnaan. Jika kita mencapai kemajuan dalam perjalanan menuju tujuan dan melewati tahapan demi tahapan, maka kita berada pada gerak menuju kesempurnaan, sampai akhirnya kita sampai pada tujuan dan prinsip tersebut.
Bergerak menuju kesempurnaan tidak berarti hanya berubah begitu saja, tetapi memerlukan tolak ukur, yaitu jarak mesti menyatu dengan gerak. Dengan demikian, para filosof mengatakan bahwa jika jarak suatu gerak berbeda-beda, maka pastinya terdapat lebih dari satu gerak. Maka gerak dalam menuju kesempurnaan jaraknya harus satu. Artinya, apa yang pernah ada pada masa sebelumnya dan dianggap sempurna, harus tetap ada pada tahapan selanjutnya dalam bentuk yang lebih baik dan lebih sempurna.
Kita mengambil masalah kebenaran (hakikat) sebagai contoh, karena kebenaran merupakan salah satu nilai kemanusiaan. Jika manusia di masa lalu mencari kebenaran, maka pada masa berikutnya kita mengatakan bahwa manusia melakukan tahapan menuju kesempurnaan dalam mencari kebenaran. Artinya, pencarian kebenaran yang dilakukannya semakin meningkat, dan ia semakin senang serta terikat pada kebenaran.
Begitu pula dalam bidang seni dan penggalian kesenian. Jika manusia di masa lalu memiliki potensi kesenian yang baik, dan potensi tersebut masih tetap dimiliki oleh manusia sekarang dengan tambahan baru dalam aspek teknis, estetika dan gaya. Kondisi tersebut menandakan bahwa proses menuju kesempurnaan telah terjadi. Namun, bila pencapaian tersebut berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya tanpa ada perubahan dan kreasi-kreasi konstruktif, maka di situ tidak terjadi pencapaian kesempurnaan, bahkan tidak juga merupakan kemajuan.
Akan tetapi jika kita sejak awal menganggap jalan menuju kesempurnaan hanyalah satu perubahan dan kita pun tidak mengasumsikan adanya kesatuan perjalanan, dalam arti kita tidak mengakui suatu tolak ukur, maka kita telah melakukan kekeliruan. Misalnya, jika kita mengatakan bahwa manusia pada fase pertamanya menggunakan tolak ukur dalam mencari kebenaran dan bahwa pencarian kebenaran merupakan bukti bagi kemanusiaan manusia, tapi pada tahap berikutnya kita mengabaikan bukti tersebut dan menggantinya dengan bukti (tolak ukur) yang lain, maka kita tidak dapat menyebutnya sebagai perubahan menuju kesempurnaan, karena di situ tidak terdapat kesatuan perjalanan.
Jadi perubahan menuju kesempurnaan adalah melangkah pada suatu jalan menuju kesempurnaan, dan beralih dari satu tahapan menuju tahapan lain, serta dari satu tingkat menuju tingkat berikutnya.
Tulisan Ini Dikutip dari Ustadz Murtadha Muthahhari dalam Bukunya FITRAH.
Kamis, 17 September 2009
PERNYATAAN TOKOH-TOKOH TERNAMA TENTANG KEHIDUPAN DAN KEPEMIMPINAN
Kesempatan kali ini, saya akan mengutip beberapa pernyataan tokoh-tokoh ternama yang berisikan tentang kehidupan dan kepemimpinan. Mudah-mudahan ini dapat bermanfaat menjadi prinsip pembaca guna melanjutkan gerak dinamika kehidupan dan dalam menjalankan proses kepemimpinan.
Kebanyakan orang merasa bahagia seperti yang mereka tentukan dalam pikiran
(Most people are happy as they specify in the mind ) (Abraham Licoln)
Apakah anda mencintai kehidupan? Jangan hamburkan waktu, karena dari bahan itulah kehidupan dibuat (Do you love life? Do not waste time, because of the material that made life) (Benyamin Franklin)
Jiwa yang miskin ialah jiwa yang mempunyai keinginan tak terbatas. Padahal alam yang tak terbatas ini bukan disediakan bagi satu orang saja tetapi untuk kepentingan bersama (The poor soul is the soul that has an infinite desire. Whereas the infinite nature is not provided for one person but for the common good) (Carlyle)
Sifat wajar yang dimiliki oleh orang yang berjiwa besar ialah kerendahan hati, hormat kepada atasan, lemah lembut dan luwes kepada mereka yang hidup tergantung padanya dan adil kepada bawahannya (Natural properties owned by the generous people who are humble, respectful to superiors, gentle and flexible to those who live up to him and fair to his subordinate) (Confucius)
Semakin anda cerdas, semakin banyak hal yang harus anda pelajari (The more intelligent you are, the more things you should learn) (Don Herold)
Pertimbangkanlah masak-masak apa yang dapat dan apa yang tidak dapat terpikul oleh pundakmu (Consider carefully what can and what can not terpikul by the shoulder) (Horatius)
Aku percaya bahwa orang besar sejati pertama-tama bersifat rendah hati (I believe that truly great people first humble nature) (John Ruskin)
Dalam hidup saya yang lama ini saya telah belajar bahwa dalam urusan pribadi yang penting ialah : paling baik mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan sendiri (In my long life I have learned that in important personal matters is: the best decisions are not in accordance with their own interests) (La Fayate)
Tindakan yang melewati batas kesederhanaan akan memperkosa kemanusiaan (That crosses the line of action would violate the simplicity of humanity) (Pascal)
Saya akan cukup kaya jika saya menjaga karakter baik yang saya miliki (I will be rich enough if I maintain a good character that I have) (Plato)
Barangsiapa tidak pernah merasa sakit tidak dapat pula merasakan bahagia (Whoever had never felt pain can also feel happy) (R.A. Kartini)
Orang yang dapat membina dunia serta kemajuannya adalah orang yang dapat memuji dan mengeritik (People who can build the world and its progress are those who can praise and criticize) (Shakespeare)
Faktor yang terpenting bagi perkembangan watak ialah memutuskan sesuatu dengan tegas (The most important factor for the development of character is to decide something firmly) (Theodore Roosevelt)
Jika kesabaran dan rasa terima kasih adalah dua ekor unta betina, akan menjadi sedikit soal mana yang akan kutunggangi (If patience and gratitude are two female camels, would be a little problem which I would ride) (Umar bin Khattab)
Dari beberapa pernyataan di atas, harap diberikan komentar/kritik konstruktif dan pernyataan penjelas agar kita semua dapat menuju atau mendekati titik kesempurnaan.
Kebanyakan orang merasa bahagia seperti yang mereka tentukan dalam pikiran
(Most people are happy as they specify in the mind ) (Abraham Licoln)
Apakah anda mencintai kehidupan? Jangan hamburkan waktu, karena dari bahan itulah kehidupan dibuat (Do you love life? Do not waste time, because of the material that made life) (Benyamin Franklin)
Jiwa yang miskin ialah jiwa yang mempunyai keinginan tak terbatas. Padahal alam yang tak terbatas ini bukan disediakan bagi satu orang saja tetapi untuk kepentingan bersama (The poor soul is the soul that has an infinite desire. Whereas the infinite nature is not provided for one person but for the common good) (Carlyle)
Sifat wajar yang dimiliki oleh orang yang berjiwa besar ialah kerendahan hati, hormat kepada atasan, lemah lembut dan luwes kepada mereka yang hidup tergantung padanya dan adil kepada bawahannya (Natural properties owned by the generous people who are humble, respectful to superiors, gentle and flexible to those who live up to him and fair to his subordinate) (Confucius)
Semakin anda cerdas, semakin banyak hal yang harus anda pelajari (The more intelligent you are, the more things you should learn) (Don Herold)
Pertimbangkanlah masak-masak apa yang dapat dan apa yang tidak dapat terpikul oleh pundakmu (Consider carefully what can and what can not terpikul by the shoulder) (Horatius)
Aku percaya bahwa orang besar sejati pertama-tama bersifat rendah hati (I believe that truly great people first humble nature) (John Ruskin)
Dalam hidup saya yang lama ini saya telah belajar bahwa dalam urusan pribadi yang penting ialah : paling baik mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kepentingan sendiri (In my long life I have learned that in important personal matters is: the best decisions are not in accordance with their own interests) (La Fayate)
Tindakan yang melewati batas kesederhanaan akan memperkosa kemanusiaan (That crosses the line of action would violate the simplicity of humanity) (Pascal)
Saya akan cukup kaya jika saya menjaga karakter baik yang saya miliki (I will be rich enough if I maintain a good character that I have) (Plato)
Barangsiapa tidak pernah merasa sakit tidak dapat pula merasakan bahagia (Whoever had never felt pain can also feel happy) (R.A. Kartini)
Orang yang dapat membina dunia serta kemajuannya adalah orang yang dapat memuji dan mengeritik (People who can build the world and its progress are those who can praise and criticize) (Shakespeare)
Faktor yang terpenting bagi perkembangan watak ialah memutuskan sesuatu dengan tegas (The most important factor for the development of character is to decide something firmly) (Theodore Roosevelt)
Jika kesabaran dan rasa terima kasih adalah dua ekor unta betina, akan menjadi sedikit soal mana yang akan kutunggangi (If patience and gratitude are two female camels, would be a little problem which I would ride) (Umar bin Khattab)
Dari beberapa pernyataan di atas, harap diberikan komentar/kritik konstruktif dan pernyataan penjelas agar kita semua dapat menuju atau mendekati titik kesempurnaan.
5 MODEL MANAJEMEN KONFLIK

Apakah dalam keseharian anda terjadi konflik? atau mungkin disekitar anda terdapat konflik? ataukah kelompok anda memiliki konflik dengan kelompok lain?
Konflik memang mengejutkan bagi segelintir orang. Konflik melekat erat dalam jalinan kehidupan, sehingga kita dituntut untuk memperhatikan konflik dan mencari jalan meredam ketakutan terhadap konflik. Dengan demikian, langkah yang baik sekali dalam memanajemen konflik adalah mengklasifikasikan peristiwa dan mengidentifikasikan apa yang anda lakukan secara pribadi, siapa yang terlibat dan apakah konflik telah menyebar atau menjadi konflik yang lebih luas melibatkan banyak orang.
Bila anda telah melakukan identifikasi dan klasifikasi konflik yang terjadi serta efek yang ditimbulkan, maka anda harus memiliki langkah ataupun strategi untuk mengatasi konflik tersebut. Jika anda belum memiliki strategi, di bawah ini akan dibahas 5 pendekatan atau model penyelesaian konflik berdasarkan pendapat Dr. William Hendricks, yang dapat anda gunakan sesuai dengan kondisi konflik yang terjadi.
1. Model penyelesaian konflik dengan mempersatukan (Integrating)
Individu yang memilih model ini perlu melakukan tukar menukar informasi. Pada pendekatan ini diperlukan adanya keinginan untuk mengamati perbedaan dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semua kelompok. Model penyelesaian konflik jenis ini secara tipikal diasosiasikan dengan pemecahan masalah, efektif bila isu konflik adalah kompleks.
Model integrating mendorong tumbuhnya berpikir kreatif (creative thinking), sehingga mengembangkan alternatif merupakan kekuatan model ini. Penyelesaian konflik dengan mempersatukan menekankan diri sendiri dan orang lain dalam mensintesiskan informasi dari perspektif yang divergen (berbeda). Sebaliknya, penyelesaian konflik model ini tidak efektif bila kelompok yang berselisih kurang memiliki komitmen atau kurang meluangkan waktu, karena model ini membutuhkan waktu yang sangat panjang. Penyelesaian dengan model ini juga dapat menimbulkan frustasi terutama dalam konflik tingkat tinggi karena penalaran dan pertimbangan rasional seringkali dikalahkan oleh komitmen emosional untuk suatu posisi.
2. Model penyelesaian konflik dengan kerelaan untuk membantu (obliging)
Penyelesaian konflik model obliging menempatkan nilai yang tinggi untuk orang lain sementara dirinya sendiri dinilai rendah. Model ini dapat anda gunakan sebagai strategi yang sengaja dimunculkan untuk mengangkat atau menghargai orang lain, agar mereka merasa lebih baik dan senang terhadap isu konflik. Penggunaan model rela membantu orang lain dengan menaikkan status pihak lain akan bermanfaat, terutama jika peran anda dalam suatu ruang (situasi) tidak berada dalam posisi yang membahayakan.
Strategi rela membantu berperan dalam menyempitkan perbedaan antar kelompok dan mendorong mereka untuk mencari persamaan yang mendasar. Perhatian yang lebih terhadap orang lain menyebabkan seorang individu merasa puas dan merasa keinginannya terpenuhi oleh pihak lain, kadang-kadang mengorbankan sesuatu yang penting bagi dirinya sendiri. Model obliging bila digunakan secara efektif, dapat mengawetkan dan melanggengkan hubungan. Penyelesaian konflik model ini tanpa disadari, dapat dengan cepat membuat orang untuk rela mengalah, misalnya muncul ungkapan bernada mengalah "tidak usah menunggu saya".
3. Model penyelesaian konflik dengan mendominasi (dominating).
Model dominating adalah lawan dari model obliging, penekanannya pada diri sendiri. Di mana kewajiban bisa diabaikan oleh keinginan pribadi, model mendominasi ini meremehkan kepentingan orang lain. Model ini adalah strategi yang efektif bila suatu keputusan yang cepat dibutuhkan atau jika persoalan tersebut kurang penting.
Strategi mendominasi dapat menjadi reaksioner, yang digerakkan oleh mekanisme mempertahankan diri. Model ini tercermin dalam sebuah penyerangan untuk menang yang diekspresikan melalui falsafah "Lebih baik menembak daripada ditembak". Jika isu itu signifikan, model dominasi akan memaksa orang lain untuk menaruh perhatian pada seperangkat kebutuhan spesifik.
Penyelesaian konflik dengan model dominasi sangat membantu jika di sini kurang pengetahuan atau keahlian mengenai isu yang menjadi konflik. Ketidakmampuan untuk menyediakan tenaga ahli yang memberikan nasehat atau yang dengan tegas menyampaikan isu inilah pangkal dari model mendominasi. Model ini juga paling banyak diasosiasikan dengan gertakan dan "hardball tactic" dari para pialang kekuasaan.
4. Model penyelesaian konflik dengan menghindar (avoiding)
Para penghindar tidak menempatkan suatu nilai pada diri sendiri ataupun orang lain. Model ini adalah strategi menghindar dari persoalan. Penyelesaian konflik model ini memiliki aspek negatif diantaranya menghindar dari tanggung jawab atau mengelak dari suatu isu. Seorang pemimpin yang menggunakan strategi ini akan lari dari peristiwa yang dihadapi, meninggalkan pertarungan untuk mendapatkan hasil.
Bila suatu isu tidak penting, tindakan menangguhkan dibolehkan untuk mendinginkan konflik yang terjadi - inilah penggunaan model penyelesaian konflik menghindar yang paling efektif. Namun di lain pihak, model ini dapat membuat frustasi orang lain karena jawaban penyelesaian konflik demikian lambat. Rasa kecewa biasanya berpangkal dari model penyelesaian konflik dengan menghindar, dan konflik cenderung meledak bila gaya ini digunakan.
5. Model penyelesaian konflik dengan kompromis (compromising)
Dalam model ini perhatian pada diri sendiri maupun orang lain berada dalam tingkatan yang sedang. Hal ini adalah orientasi jalan tengah. Dalam model kompromi, setiap orang memiliki sesuatu untuk diberikan dan siap menerima sesuatu.
Kompromi paling efektif sebagai alat bila isu itu kompleks atau bila ada keseimbangan kekuatan. Kompromi dapat menjadi pilihan bila model lain gagal dan dua kelompok mencari jalan tengah. Kompromi bisa menjadi pemecah perbedaan atau pertukaran konsesi. Kompromi hampir selalu dijadikan sarana oleh semua kelompok yang berselisih untuk memberikan sesuatu, untuk mendapat jalan keluar atau pemecahan.
Lima model penyelesaian konflik memberikan suatu struktur untuk bertindak. Pengetahuan tentang model penyelesaian konflik meningkatkan pemahaman kita terhadap konflik. Jadi, anda harus tahu model manajemen konflik dan memilih alternatif terbaik untuk situasi tertentu. Ini memerlukan kemampuan untuk memisahkan emosi anda dari peristiwa dan secara sadar memilih strategi dengan hati-hati.
KEWAJIBAN MENGELUARKAN ZAKAT

PRAKTEK KEPEMIMPINAN BERDASARKAN AIR

FITRAH (Menyikap Hakikat, Potensi dan Jati Diri Manusia)
